Home » » Imam Al Bukhari (Hikayat)

Imam Al Bukhari (Hikayat)

Written By Unknown on Sabtu, 15 Februari 2014 | 18.53



     
            


                Al Bukhari memang seorang imam dan ulama ahli hadits yang jempolan. Boleh dibilang, beliau adalah ahli hadits nomer satu di dunia. Tidak ada yang dapat menandinginya dizamannya dan zaman-zaman sesudahnya. Beliau adalah maestro. Daya ingat dan kepiawaiannya di bidang hadits sudah teruji dan diakui secara luas. 

                Semasa hidupnya, beliau yang bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad Bin Isma’il Bin Mughiroh bin Bardizbah Al Ju’fiy Al Bukhariy ini berkelana ke berbagai kota untuk mencari hadits dan menebarkan ilmunya. Diantara kota yang beliau kunjungidan tinggali adalah Baghdad. 

                Kala itu Baghdad adalah pusat ilmu pengetahuan. Sejumlah ulama terkemuka dari berbagai bidang ilmu tinggal disana. Kedatangan Imam Al Bukhari disana yang sudah terkenal akan keilmuannya itu disambut dengan antusias. Timbul hasrat para muhadditsin disana yang ingin menguji ilmu dan keahlian beliau.

                Maka berkumpullah mereka untuk membahas cara-cara untuk menguji beliau. Dalam pertemuan itu mereka sepakat untuk menghimpun 100 hadits dengan rangkaian sanadnya masing-masing. Hadits-hadits itu kemudian diacak sanad-sanadnya. Sanad hadits A ditukar dengan sanad hadits B dan sanad hadits B ditukar dengan sanad hadits , dan begitu seterusnya. 

                Sebagai contoh, dimasing-masing hadits ini terdapat tulisan yang bergaris bawah dan yang berhuruf tebal. Yang berhuruf tebal adalah teks (Matan) hadits alias sabda Rasulullah SAW. Sedang yang bergaris bawah adalah sanad, berisi rangkaian periwayat hadits dari perawi terakhir hingga sahabat yang langsung menerima hadits dari Nabi SAW. Misalnya, dalam hadits pertama , perawi terakhir mengaku menerima hadits dari seorang guru yang bernama Abu bakar. Abu Bakar menerimanya dari Abu Syaibah dan Abu Kuraib, keduanya dari Abu Muawiyah. Abu Mu’awiyah dari Al A’masy dan begitu seterusnya. Sedang pada hadits kedua, perawi terakhir mnerima hadits dari gurunya, Abu Thahir. Abu Thahir menerimanya dari Abdullah bin Wahb, Abdullah dari Haiwah bin Syuraih, Haiwah dari ibnul Had dan seterusnya.

                Ini adalah rangkaian yang benar, kemudian hadits itu diacak. Sanad hadits pertama dipasangkan dengan hadits kedua, sanad hadits kedua dipasangkan dengan hadits lain. Atau, mungkin saja, kedua hadits tersebut saling ditukar sebagai berikut :

                Ke-100 hadits yang telah diacak itu mereka berikan kepada 10 orang masing-masing mendapatkan 10 hadits. Mereka disuruh untuk menghadiri majelis Imam Al Bukhari pada hari tertentu dan menanyakan hadits-hadits tersebut kepada sang Imam. Ada kemungkinan, hadits yang ditanyakan oleh seorang dari mereka, sanandnya telah dipasangkan dengan hadits yang ditanyakan oleh lelaki lain.

                Pada hari yang ditentukan mereka datang ke majelis Al Bukhari. Ternyata, disana telah ramai orang. Majelis itu dihadiri oleh pentolan-pentolan ahli hadits. Tidak hanya dari baghdad, tapi juga dari Khurasan dan daerah-daerah lain.

                Ketika majelis itu telah menjadi tenang, seorang dari ke-10 lelaki tadi maju. Dia menanyakan hadits yang sanadnya sudah ditukar. “Saya diberitahu fulan , si fulan diberitahu fulan, dan seterusnya, fulan dari Rasulullah SAW , beliau bersabda…. “ lalu disebutlah sabda beliau . Imam Al Bukhari kemudian menjawab “Aku tidak tahu”

                Lalu ia menyebutkan hadits lain dengan hadits yang tertukar. Imam Al Bukhari menjawab, “Aku tidak tahu.” Dan begitu seterusnya hingga dia menyebutkan 10 hadits. Semuanya dijawab oleh Imam Al Bukhari dengan, “Aku tidak tahu.”

                Orang-orang yang hadir saling beradu pandang. Yang tahu bahwa hadits-hadits itu telah tertukar sanadnya, termasuk para ahli hadits Baghdad yang telah merancang pengujian tersebut berkata, “Lelaki ini (Al Bukhari) paham.” Sementara yang tidak tahu mencibir beliau. Beliau dianggap lemah daya hafalnya dan dangkal pengetahuannya tentang hadits. “Ah ternyata dia tidak seperti namanya. Hadits-hadits itu saja ia tidak tahu.” Kira-kira begitulah mereka berkata pada teman mereka.

                Kemudian, lelaki kedua maju. Dia menyebutkan sebuah hadits dengan sanad yang tertukar. “Aku tidak tahu,” jawab Al Bukhari. Lalu disebutkan hadits lain. Imam kita menjawab dengan jawaban yang sama. Dan begitu seterusnya hingga 10 hadits.

                Orang-orang yang hadir kembali saling beradu pandang. Mereka bertambah heran. Yang tidak tahu bahwa hadits itu telah tertukar sanadnya mencibir beliau. Mereka menganggap Imam Al Bukhari lemah hafalannya, dangkal ilmunya, serta dangkal pula pengetahuannya tentang  hadits. Mereka menganggap  ia tidak sesuai dengan ketenaran namanya.

                Lelaki ketiga maju. Seperti kedua temannya tadi, ia menanyakan 10 hadits yang juga telah diacak sebelumnya dengan menukar sanadnya. Kembali Imam Al Bukhari berkata, “Aku tidak tahu,” setiap si lelaki menyelesaikan sebuah hadits. 

                Kemudian, maju lelaki keempat, kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh. Semua dijawab, “Aku tidak tahu,” oleh Imam Al Bukhari.

                Imam Al Bukhari menunggu, barangkali masih ada orang lain yang hendak maju untuk bertanya. Ternyata tidak ada. Semua orang diam. Beliau pun menoleh kearah lelaki pertama. “Adapun haditsmu yang pertama, bunyinya adalah begini, dan sanadnya adalah begini.” Disebutkannya hadits itu dengan tepat beserta sanad-sanadnya yang benar. “Adapun haditsmu yang kedua, bunyinya seperti ini, dan sanadnya adalah…..” dan begitu seterusnya beliau menyebutkan satu persatu dari sepuluh hadits yang telah ditanyakan tadi sembari mengembalikan sanadnya yang benar.

                Kemudian beliau menoleh ke arah lelaki yang kedua. “Haditsmu yang pertama bunyinya seperti ini, dan sanadnya ini. Haditsmu yang kedua bunyinya begini, dan sanadnya ini. “ dan begitu seterusnya hingga 10 hadits. Semua disebutkannya dengan lafal yang benar dan sanad yang tepat pula. Beliau mengembalikan tiap-tiap matan (Teks) hadits ke sanadnya yang benar, dan sanad ke matannya yang benar pula sampai hadits yang keseratus.

                Seluruh orang yang hadir berdecak kagum. Semua terpana oleh daya ingat Imam yang begitu kuat. Semua mengagumi dan mengakui ketinggian serta penguasaan ilmu hadits beliau yang luar biasa. Imam Al Bukhari memang tak tertandingi……!

Sumber : Hikayat, Cahaya Nabawiy.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2013. Anwaruttaufiq - All Rights Reserved